Tuhanku, aku buta.
Diantara pahit-pahit yang memeluk, dengan sendi-sendi harap yang menusuk.
Aku merana.
Ditempa hidup yang membabi buta coba merasuk dan menyakti hingga tak lagi aku punya bentuk.
Menelan sayup pilu yang bertumpuk disetiap mimpi-mimpi yang setiap hari semakin buruk.
Penciptaku, aku tak lagi kuasa.
Satu-satu nafas yang ditampuk hanya buat jiwaku semakin remuk.
Aku tak pinta.
Detik-detik hidup yang coba merajuk lagi mampu tempaku jadi terbekuk.
pagi yang menyusup dari pias yang tertumbuk buat makin tertohok, masuk.
Aku tak mau nyawa yang terpendar, tarik saja. Pendaran nadi haya membunuhku pelan-pelan.
Meregang nyawa yang kunanti, mengapa tak kunjung datang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar