A : “Kamu
ngomongin apa sih?”
B : “Ngga, aku kan cuma bercanda…”
Canda.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, canda berarti senda gurau atau
kelakar. Kata benda dari guyonan, objek yang harus ditemukan oleh seorang
pelawak agar disebut berhasil dalam melakukan profesinya. Banyak aspek yang
dapat di-explore oleh seseorang agar
dapat menemukan hal menarik untuk dijadikan bahan candaan. Semua orang dapat
dikategorikan sebagai penyuka guyonan, karena setiap orang membutuhkan tawa.
Dan hal itu bisa didapatkan jika ia merasa tertarik dengan sebuah candaan.
Masalahnya, apakah sebuah canda
berarti lucu bagi semua orang?
A
few months ago, I did watch one television program dari sebuah saluran local. Hampir
seluruh pembawa acaranya berusaha untuk saling melempar bahan pembicaraan yang
semuanya lelucon. Satu hal yang menarik perhatian saya, they also tried to talk
about the disabilities or the lacks of one person without feeling guilty, sepertinya berpikir bahwa hal itu akan menjadi bahan tertawaan baru.
Mungkin itu tuntutan script, I don’t really know. Tetapi kemudian saya mencoba
untuk menempatkan diri sebagai orang yang ter-bully *well, anggap saja seperti
itu*, and I don’t think it is fun at all. It hurts, no matter what. Apa yang mereka anggap
lelucon sepertinya tidak akan bisa dikategorikan sebagai bahan tertawaan bagi
si obyek penderita, bahkan cenderung menyakiti perasaan dan mental si obyek.
Maybe some of my readers will say, “ya, mereka dibayar untuk melakukan
hal tersebut,” dan menganggap sudut pandang saya kali ini lebay. If you are, I
am sorry to disappoint you because I am not thinking so. Seharusnya profesi
yang ia kerjakan tidak membuatnya merasa disakiti secara mental. Coba saja telaah lagi kontrak kerjanya, seharusnya ia memiliki perlindungan atas kekerasan mental yang ia terima. Yap, kekerasan mental. Isn't it? Mungkin ybs ada
toleransi di awal mula, tetapi percayalah lama-kelamaan ia akan merasa ‘hina’
bahkan ‘tersinggung’ atas setiap candaan yang ia terima. Bukan hanya itu,
orang-orang sekitarnya akan ikut memiliki pemikiran tentangnya berdasarkan
hinaan yang sering mereka dengar tentang orang tersebut. Lebih buruk lagi,
media ikut ‘menabur benih’ tentang hinaan itu, sehingga banyak orang akan
berpikir bahwa kondisi tersebut adalah sesuatu yang sah atau wajar untuk
ditertawakan, sehingga norma tentang lawakan menjadi sedikit ‘bergeser’ ke arah
ejekan.
Seriously, I am thinking that
way.
Ah, berbicara tentang media dan candaan, a few moment ago I did scroll
one of my sosmed. Salah satu dari teman saya memposting a picture which is a
bit…annoying for me. Perhaps it is a joke for him and his friends, karena saya
melihat banyak likes menempel pada postingannya. Gambarnya sih simple, ada dua
foto yang dijadikan satu. Di sebelah kiri adalah foto seorang gadis kecil
dengan lendir dari hidung berwarna bening berceceran di sekitar atas bibir dan mulutnya,
sementara di sebelah kanan adalah foto wanita muda dengan situasi yang nyaris sama
hanya saja ekspresinya 'sedikit' berbeda dan lendirnya berwarna putih susu.
I don’t want to explain more,
karena sebenarnya hal seperti ini tuh joke
terselubung. Whether you want to admit that you understand it or not.
Itu hanya salah satunya, dimana
banyak teman-teman lelaki saya melakukan postingan serupa, dimana objeknya
adalah wanita. Mungkin bagi mereka hal tersebut lucu, but for me, it makes me
realize how dirty their mind is. Bagaimana mereka menyukai fantasi seksual
dengan wanita sebagai obyeknya etc etc, dan hal itu membuat saya cukup banyak
ilfeel. Nope, saya cukup tahu bahwa isi otak lelaki memang punya konten bokep jauh lebih banyak dari wanita, hanya saja jika imajinasi mereka disampaikan dalam forum yang lebih tertutup, share dengan teman-teman terdekat saja, mungkin akan lebih baik. Masalahnya, postingan itu ada di sebuah media social dimana
banyak juga wanita yang akan melihat dan membaca postingan tersebut. Dan ketika
mereka membacanya, menurut ngana wanita ngga akan merasa –at least, sedikit-
terluka? Have you ever think that your daughter, your wife, your girlfriend, your mother, your lovely aunt, are also a women?
ini hanya contoh, sih. secara terselubung, wanita dijadikan obyek. ya kan? |
wajah dari wanita saya samarkan, siapa tau si wanita udah mau tobat upload foto semi model begini... |
This is my blog, so I can share about anything. Right? Ini sedikit sampel dari attitude yang levelnya tiarap, sih. Masa iya, saya disamakan dengan wanita yang tengah selfie half naked? Kalau disamakan dengan teteh Miranda Kerr sih, okelah. LOL. Ngga oke juga, sih. It is ABSOLUTELY WEIRD to send your stranger *I can't say friend because I don't feel like it* an almost nude picture. Please. Ditambah, start chat dikim sekitar jam sepuluh malam, what were you dong or thinking that time sampai anda bisa mendapatkan dan mengirimkan gambar seperti itu ke saya?
Iseng, saya mencoba mencari arti
kata bercanda pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ternyata, salah satu
pengertian dari kata tersebut adalah ‘bertingkah’. Mungkin, beberapa orang
harus mulai mengurangi porsi 'bertingkah' mereka. Mungkin, beberapa orang harus
mulai menghargai perasaan orang sekitar mereka. Mungkin, beberapa orang harus
mulai belajar mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Mungkin loh, mungkin.
Saya hanya menyampaikan apa yang ada di otak saya saat ini.
In short, let's upgrade our attitude.