Rabu, 21 Juli 2021
Definisi nugget buat Shinta
Kamis, 01 Juli 2021
Meluruskan otak kusut Shinta part sekian -
Here comes my another theory (or whatever, you named it) of human mindset. This is how I classified one of them.
Basically, semua orang butuh untuk merasa fulfilled through everything. Yang paling simpel (atau yang pernah gue rasain? I bet you too) adalah: 1. Perasaan diterima dan diakui atas apa yang (dapat) kamu lakukan oleh orang lain. Banyak cara untuk dapat merasakan hal ini, contohnya; joining some cool clubs or organizations to prove something, or anything. Atau melamar pekerjaan di perusahaan yang gain your interest, and doing the tasks they give to you. Once you complete those tasks you will receive present, biasanya berbentuk salary atau terkadang ucapan terima kasih yang tulus. Di usia muda, pola berulang atas hal ini akan menjadi trigger atas perasaan jenuh (well, young soul loves 'tantangan', benar kan?). Atau membantu orang lain yang sedang memerlukan bantuan. By seeking at their grateful face when receiving your kindness, it feels tingling deep inside; pengakuan yang didapat rasanya beda aja, bingung jelasinnya.
Atau, beberapa orang memilih untuk melakukan jalur ini; terikat terhadap satu orang (umumnya lawan jenis, akhir-akhir ini gue sering mendengar banyak orang yang melakukannya dengan sesama jenis) dalam sebuah lembaga yang diberi nama "pernikahan".
Well, jujur, untuk opsi terakhir yang gue mention, sebenernya banyak penjelasannya sih. Otak gue masih kusut untuk menuliskan penjelasan panjang lebar satu-satu disini, but one thing for sure, TIDAK SEMUA ORANG melakukan pernikahan hanya untuk mendapatkan perasaan diterima dan diakui saja. Alasannya tentu jauh lebih kompleks dari itu.
Atau mungkin cuma gue yang berpikir sekompleks itu? Hmm, menjelaskan hal ini butuh section tersendiri, lol.
I mean, in my opinion (please, this is my current theory. If you think you can change my mindset, feel free to discuss LOL), ketika pasangan memilih untuk melakukan pernikahan, secara otomatis mereka akan lebih merasa 'diterima' dan 'diakui' di society; dari teman-teman yang seumuran, mereka akan mendapatkan pengakuan karena mereka karena sudah berani untuk mengambil sebuah keputusan besar. We all know, marriage is hard mentally and financially lol. Some of them juga akan merasa iri (ngaku deh LOL), karena si pelaku pernikahan dianggap sudah menemukan soulmate mereka, sesuatu yang terasa magnificent soalnya susah banget mendapatkannya. Juga dari environment yang lebih elder, mereka juga akan mendapat penilaian lebih, mereka akan dianggap lebih dewasa dari teman-teman seumuran mereka karena sudah mengantongi status no-more-single-person.
That's why, some people choose to held their wedding in a super big and expensive party, jadi pengakuan yang mereka terima menjadi lebih 'besar serta wah' karena semakin banyak manusia yang memberikan pengakuan tersebut, sesuatu yang bisa membuat mereka merasa fulfilled. Bener atau benar?
Kalau benar, kenapa gue tidak bisa merasakan urgency untuk merasakan penerimaan tersebut, ya? hehe.
Nope, nope. Bukan itu sih poinnya lol. Gue cuma penasaran, kenapa harus melakukan sesuatu untuk merasa diterima dan diakui oleh orang lain? Is it really only for the sake of ego?
Minggu, 05 Juli 2020
Dear diary edisi... sudah tua.
2. EVERY START WILL MEET AN END;
Senin, 01 Oktober 2018
Tentang Tertolak
Guess what?
Rabu, 16 Mei 2018
Gratitude Pangkal Manusia Beradab
Senin, 17 Agustus 2015
Canda dan bercanda dan apa yang menyertanya
ini hanya contoh, sih. secara terselubung, wanita dijadikan obyek. ya kan? |
wajah dari wanita saya samarkan, siapa tau si wanita udah mau tobat upload foto semi model begini... |
Senin, 03 Agustus 2015
03082015
As usual, akhir-akhir ini aku hanya menulis ketika bertemu dengan momen tertentu, yang sebenarnya butuh diutarakan bukan secara verbal, tetapi lewat kata. Tersusun terlebih dahulu. Karena salah penggunaan satu saja kata, akan membuat keseluruhan makna berubah total. Te-o-te-a-el.
Happy one year anniversary, us! [Insert Comfortable-John Mayer here] I am blessed to know you. You will never understand how happy I am for knowing you. Wait, perhaps happy is not a correct one to describe my feeling. I never feel so comfortable to anybody before, and you push me to be comfortable with you. Aku ngga berharap kamu mengerti how hard it is for me untuk bisa bercerita banyak at first; not only about problems, but almost everything. You teach me that I have to share my thought to other person except myself. To make myself keep alive. Biar aku ngga gila sendirian. Dan proses sampai aku bisa menginterpretasikan isi otak aku sama kamu itu sebenernya... cukup berat. Seriously hard. Because I never did that before. But I did it, thanks to you. Because you push me to.
I lost a lot while being with you, one of them is friend. But thanks to this relationship, I understand what friend means ehe. They say there is a rule in friendship; priority, appreciate each other, understand, trust, and so many more. But people do mistake, include me. I were blind for you, and I were choose you as my priority rather than my friend. Some of them are leaving since I don’t choose them, and the others are staying. At this rate, it feels like reality try to divide my friends in some level. The funniest part, I ever became a judge for my friend at this kind of case a few times ago. Time passed by, now I know how it is feel to be in her shoes LOL.
Sebenernya sih, my mind like to play some tricks on me. Seringkali aku mikir, lebih banyak rasa sayang aku ke kamu atau rasa sayang kamu ke aku? And everytime I have this kind of thought, I will pull myself into reality, feelin scared to be the one who loving you too much, dan berakhir dengan berusaha cool ketika ngebales chat kamu atau berusaha untuk ngga kesel ketika kamu hanya balas chat dengan “ok” stuff. And at the next time, aku akan ‘bales dendam’ dengan hanya membalas chat with “ok” only without embel-embel, berharap kamu ngerasain apa yang aku rasain. Dan berakhir dengan aku capek sendiri, sedih sendiri, patah hati sendiri. Aku beneran mikir sampai sejauh itu, loh. You can laugh as much as you want, whatever. I just want to write the truth.
Terkadang (here I just write it as ‘terkadang’, yang memiliki makna setara dengan sedikit dibawah ‘always’) I am also thinking about you and your past. Iya bener, kamu emang anak gaul. Banget. I am curious about how did you spend your time with your ex, what makes you want to be with them, etc. And I am scared that I can’t give you an exact goosebumps like when you are in love with your ex before. Geez, writing this makes me feel sad. Aku ngerasa ngga pede, damn. And I hate this feeling. Jujur, hal ini sering bikin aku nyesel udah suka sama kamu. Because you are a kind of unreachable person. Bahkan sampai saat ini, I am still thinking that way. Deep in thought, I feel like you are far enough.
I still can’t say that you are the best one for me because I don’t know how to categorize the best or else. But you have to know that, kamu sudah berhasil membuat aku merasa membutuhkan kamu banget. Even your presence is enough. Even your warm hands will be enough. Need you much, until I don’t have any courage to imagine what will I become if I am without you *ahasek*.
Ps: don’t write back. I know this is feel so alay, but I just want to tell you my thought. And thank you, for everything :)
Kamis, 18 Juni 2015
Blacklisted, Lotte Shopping Avenue
Blacklisted |
- Norwegian Salmon (around 98.000 IDR)
- French Chocolate Marshmallow (around 42.000 IDR)
My favorite! |
Cool, isn't it? |
Kamis, 07 Mei 2015
Holiday trip, JOGJAKARTA!
HELLO! |
Hohoho.
It is me, my big brother Bang Monce, my best friend Checong and her fiancee (aminin ya, biar mereka bisa cepet bagi undangan) Erwin. Sebenernya sih, ini bukan kali pertama gue jalan-jalan ke Jogja, tapi gue selalu ngerasa kalau Jogja itu punya cerita cantik untuk dibagi :)
First, we were go to Sri Gethuk, di Gunung Kidul. Disini kita bisa menyusuri sungai dengan rakit atau langsung rafting untuk jalan (re: berenang) ke air terjunnya. This place is seriously amazing. Pesan gue, kalau jalan kesini kudu basah total! Mending bawa baju ganti deh, biar ngga nanggung main airnya. Dan jangan lupa bawa kamera anti air atau pelindung hape buat narsis.
Flare disitu bukan editan loh, asli! |
Then we visit Pantai Indrayanti. Awalnya pengen ke Pantai Sundak, tapi wisata sebelumnya udah kesana, jadi kita nyobain dateng ke pantai yang satu ini. Lebih ramai dari pantai2 lainnya di sepanjang jalan, but I prefer Pantai Sundak sih. Lebih kece. But Indrayanti is also perfect *halah*. Pantai Indrayanti kayaknya agak lebih landai, 'cause when we were there, kebetulan banget ada 2 orang yang hanyut ke tengah laut :| Ngga mau mikir ke arah mistis sih, tapi itu emang agak... menyeramkan. Berakhir dengan satu orang selamat sementara yang satu lagi ngga bisa diselamatkan. A bit horror, it is. Foto di Indrayanti yang gue share disini adalah sebelum insiden itu :|
Bosen mantai, kita naik ke atas, tepatnya Kebun Buah Mangunan. The view here is extremely amazing, cocok banget untuk kalian yang suka ngeliatin betapa ijo-nya Indonesia atau buat kalian yang pengen punya background kece untuk narsis. Saran sih, jangan pakai sendal biasa, khawatir licin. Dan sediakan kamera dengan batere full buat narsis. Kalau beruntung dan cuaca bagus, coba dateng kesini pagi-pagi, dan kamu akan berhasil dapet sunrise dan ngerasa lagi berdiri diatas awan. Sayangnya kita kesini pas udah agak sore (well, blame on our 'minim' time). But still, selama matahari masih ada kayaknya view disini ngga akan pernah mengecewakan :)
Matanya ilang semua :)) |
Beralih dari Gunung Kidul, gue dan rombongan kembali ke Kota. Disini, kita stay di salah satu penginapan di daerah Sleman, Jogjakarta. Nama tempatnya Tiga Lima Home Stay.
Pyjamas parteh! |
We were having so much fun! Nongkrong di salah satu kafe es krim di daerah penginapan, menyusuri jalan Malioboro (well, shopping is the must thing to do. Raiyt?), makan nasi goreng babi, bahkan sempet muterin satu gang Sarkem (tempat prostitusi yang ada di belakang wilayah Malioboro) untuk sekedar ngeliat-liat yang berakhir dengan dipelototin balik sama mba2-nya dan dikira salah jalan sama pelanggan2 disana :p
Selama muterin jalan di Jogja, kita bener2 bergantung sama google map (walaupun Checong sama Erwin udah jauh lebih sering ke Jogja, tapi tetep aja kita butuh panduan jalan), dan gue shock ternyata banyak wilayah Jogja yang wujudnya berupa gang2 kecil dan jalanan nyempil. Google map sering banget ngasih alternatif jalan kecil dan gang yang sering bikin degdegan, antara ada ujungnya atau ngga -_- seriously I wish I could have Agya keluaran Toyota at this time, ukuran mobilnya yang mungil pasti cocok banget untuk dibawa muter-muter wilayah Jogja. Belom lagi bensinnya yang irit, duh mupeng banget untuk manusia2 sekelas gue yang kantongnya ngga tebel :))
In short, gue ngga akan pernah bosen sama Jogja. Besides of its mystique aura, Jogja bener2 udah jadi tempat wisata gokil yang ngga bikin kantong terlalu terkuras :))
Catch you on my next trip! |
Jumat, 16 Januari 2015
What is the right thing to do?
What is "right"?
Owning a slave isnt right today,
But 1000 years ago, it was rightful.
Even more years, if you were a king, you could just fuck a random woman, rape her and all, and you would have her as your wife - this, according to Bible, was the right thing to do.
Now? I dont think so.
In Indonesia, being a Muslim is a right thing to do - or at least being religious.
Rewind a thousand years ago, being Hindu was the right thing to do. Even more years, being an animist was the right thing to do.
Now, succeeding in life economically is the right thing to do. As well as being a doctor or an engineer.
Centuries ago, being a mayor was the right thing to do, as well as being a good wife who stayed her whole life in a kitchen.
Not even a century ago, smoking was the right thing to do when you were sick.
Now, by not smoking, is the right thing to do when you are sick.
Now, war isnt the right thing to do to solve a big problem.
Centuries ago, war is the right thing to do to solve a big problem.
Lets stop seeing it from time to time,
Lets start seeing it from place to place.
In Indonesia, being virgin until marriage is the right thing to do.
In Russia, not being virgin after 18yo is the right thing to do.
In Indonesia, not criticizing religions is the right thing to do.
In Europe, criticizing religions is the right thing to do.
In Sweden, a rapist treated with psychological and social treatment is the right thing.
In Iran, a rapist treated with stones to the head until death is the right thing.
Whether you see it throughout the time or place,
Whether you see it from my point of view or else,
I dont think we can know the truly "right".
Or maybe, just maybe,
Rightness itself doesnt exist,
And we are deluding ourselves, the rightness should exist.
In conclusion,
There is no right path,
There is only a path you choose.
Credit to: Mario.
Senin, 22 Desember 2014
Celoteh daun teh di pagi hari
Mungkin menarik untuk kalian baca, mungkin tidak. Tetapi ini rumah saya, dan saya punya kapasitas penuh untuk meletakkan sampah apapun didalamnya.
Celoteh daun teh di pagi hari
Menggenggam embun di pangkuan, tatapannya menerawang
Matahari tersenyum lebar, tidakkah kamu ingin mengecupnya ringan?
Jangan tunggu hari esok, rupanya semu
Sepetik lengah dan kita hanya akan lebur menjadi uap dengan udara
Celoteh daun teh di pagi hari
Menantang terik di hadapan dunia, angannya terbahak
Matahari mengerling penuh makna, tidakkah kamu ingin merengkuhnya dalam?
Jangan tunggu hari esok, rupanya semu
Sebelum malam menjadi preman dan mencuri harap yang tertumpuk di permukaan
Celoteh daun teh di pagi hari
Warnanya kian memudar, sementara aromanya telah menyengat pekat
"Waktuku menipuku," bisingnya pilu
Dan kini saatku menyelinap pergi, pagi-pagi yang kulalui
Mengapa kamu hanya menunggu hari esok, yang rupanya semu?
Cipanas, Juli 2013
Gadis Hujan.
Ps: saya bahagia. Ada apresiasi dari tulisan saya, yang lamat tersendat dan terlihat tidak mungkin memikat. Setidaknya ada peminat. Terima kasih, kamu :)
Jumat, 21 November 2014
Apakah kamu baik-baik saja?
Saya bertandang selayaknya tamu di dalam rumah sendiri. Ruah. Kedinginan, Bersin-bersin tidak karuan. Memetakan mimpi masa lalu yang tidak lagi memiliki rupa. Saya datang hanya ingin sedikit bersih-bersih. Mengelap kaca, menyapu lantai. Menghapus debu-debu yang sudah menyisakan karat pada sisi-sisi kehidupan.
Apakah kamu baik-baik saja?
Hidup saya mengkeret. Mimpi saya luar biasa hitam. Hari saya kelabu, walau sekarang-sekarang ini ada banyak awan putih menaungi. Menjadi dari abu-abu menjadi abu-putih. Cita-cita saya meredup, realita saya kian menyiksa. Waktu-waktu melangkah maju tanpa mampu dirasa. Umur semakin bergulir tanpa ada daya untuk tidak menyakiti sesiapa, tetapi merusak segala.
Apakah kamu baik-baik saja?
Adakah diantara kita; abu imaji dan harapan; baik-baik saja?
Kepada Langit Sendu,
Gadis yang menunggu hujan.
Selasa, 10 Juni 2014
What worth is?
Life. is. hard. enough. LOL
Meski kemarin malam saya kurang tidur, tadi ambil lembur sampai telat makan kemudian maag, tetapi saya berhasil menemukan celah waktu untuk menulis lagi, disini. Lagi, rasa rindu mengikat yang membuat saya kembali menulis di blog. Meskipun *lagi-lagi* tidak tahu apa yang mau ditulis. Meskipun rasanya saya mau nyopot badan terlebih dahulu, agar lelah-nya hilang.
But I feel like this is worth to do. So I choose to do this, writing.
Talk about worth or not, I wanna ask you *anyone, yang ngebaca postingan ini* something.
Menurut kalian, apakah keputusan yang sudah kalian ambil dan tengah kalian jalani saat ini adalah keputusan yang pantas untuk dipertahankan?
Selasa, 26 November 2013
Aku si Penggila Rasa
Jumat, 01 November 2013
Reaching Older
Atau lebih tepat jika disebut pasrah, dengan tingkat penyerahan level tidak terhingga. Terutama mengenai mimpi.
Saya ingat jelas, ketika ulangtahun yang ke-5. Dirayakan di te-ka, guru saya bertanya setelah meniup lilin ultah,"nanti besar, mau jadi apa?" Spontan saya menjawab, "dokter.". Pemikiran standar anak umur kisaran. Lulus SD, saya berkata sama orangtua saya kalau saya ingin menjadi pianis. Ketika SMA, saya berharap menjadi seorang psikolog dengan sambilan menjadi seorang penulis. Bahkan ketika kuliah, saya masih sempat bermimpi menjadi seorang presenter.
Sekarang?
Saya jadi kuli bagi kehidupan. Merintis kehidupan yang diinginkan orangtua, yang dituntut keluarga ditambah situasi saya sebagai anak pertama. Menyadari bahwa mimpi-mimpi itu indah tetapi tidak cukup menghasilkan uang; hal yang dianggap menaikkan martabat diri ditengah kota metropolitan. Mengibarkan bendera putih sepenuhnya. Mimpi saya hilang, lenyap.
Make a wish? Di usia yang mencetak angka favorit saya, saya hilang arah; ditelan tekanan hidup.
But still, sweet things happened when you are having birth-day. Yang agak ngeselin comes from seli; my cutiest sister. But still, that's sweet. Just check her blog : here