yang menyulam terlalu banyak tetes
menjadi selimut bumi
dijahit dengan tangan-tangan mungil
pecinta tawa
sesekali mencomot satu lalu diemut habis
dan Tuhan tak pernah marah, hanya tersenyum samar
dibalik dinding marmer penghalang
lalu saya menyamar (lagi)
menjadi peri
ikut mencomot setetes hujan
lalu bersembunyi membawa genggaman
duduk-duduk dengan kaki telanjang membawa
cinta Tuhan yang tak pernah meleleh ditangan
wah, hujan sebagai inspirasi, banyak dapat pembelajaran disini, tp belum mahir... trims...
BalasHapus*bagus..
semangat ya! sama2 belum mahir euy :)
BalasHapus