Selasa, 30 November 2010

#11 pelit

dikukung dalam kenyataan
berimbah-imbah dengan harapan yang menitik
satu-satu
pelit
terasa begitu mudah dulu
saat masih memakai gaun merah muda berpayet
dicintai dan mencintai dengan sederhana

Senin, 29 November 2010

#10 saya pergi

saya pergi
menjelajahi
untaian kata yang pernah terbuang dari kerongkonganmu
sia-siakah?
menggerogoti
hentak tangis yang terlahir dari semua payahmu
ingatkah?
mencari
sedetik waktu yang memberikan spasi nafasku
adakah?
dengan sekejap kilat yang memerah
kamu hanya menanamkan luka lagi
yang pernah tertanam bahkan olehmu
sadarkah?
saya pergi
jangan dicari

#9 dengan cinta

ini rasa yang kuberikan padamu
dibaluri dengan butir-butir awan
ditambah manisnya kecup
semuanya kuserahkan untukmu
jangan dibagi ke sesiapa
hanya untuk kamu semua

Jumat, 26 November 2010

#8 luka

baru saja menyadari
ada kotak hitam tersembunyi
di pojok hati
berbau busuk, setengah terbuka
ada luka didalamnya
ngilu dan bernanah
karena terlalu sering disayat
bahkan ketika masih berdarah
hingga tak mampu lagi diobati
bekasnya saja masih terbelah
hanya bisa ditutupi kotak hitam
ketika berbau, disiram kembang tujuh rupa
yang penting tiada sesiapa tahu
ah, baru saja menyadari
kotak hitam masih tersembunyi di pojok hati
berbau busuk, nanahnya sudah merambah

#7

langitku hitam
awannya
membutakan rindu yang telah buta
tanpanya

#6 mencari bayangmu

sst! saya sedang menyamar
dengan melepas hujan di bahu dan menggunakan kacamata bingkai hitam
mencari-cari bayangmu yang bersembunyi
di tingkap langit-langit senja yang menukik tajam
berharap kamu tidak menyadari kehadiran si gadis hujan
tengok kiri, mengintip kanan
atau bayangmu justru terhalang bingkai hitam?
aku masih belum menemukanmu
meski sudah merangkak satu-satu
sampai mengorek kardus tempat biasa bersembunyi
aku masih saja belum menemukanmu
sst! saya sedang menyamar!
mencari-cari pelukmu di sisi-sisi kegelapan
berharap kacamata bingkai hitam bisa menutupi mata
yang berkaca-kaca

#5 menanti

lalu aku tetap menanti
saat temaram, gelap menyanyi dan menguasai bumi,
aku tetap mendendangkan kidung selamat malam dari sini.
entah, hatiku tak mau merunduk
inginkanmu lebih dari sewindu
namun seringkali hadirmu hanya sesaat bayang,
hanya setitik tepi.
adakah kamu pernah merindukanku?
atau waktu denganku hanya berbisik semu?
lalu aku tetap menanti bayangmu
bersama sepi yang merayap pelan di sisi hati;
bayangmu menguasai.

Rabu, 24 November 2010

#4 menyadur rasa

ini bergelimang asa yang kupimpahkan kepadamu
bukan cinta
yang menindih pelan ketika malam menggerayangi
meniup-niup ujung telinga hara menghadirkanmu
menjelajahi nakal setiap ruang antara sadar dan imajinasi
dengan jerit menuduh hatiku berbelit
bukan
karena aku bukan lagi pencinta

Selasa, 23 November 2010

#3 untuk kamu


maukah kamu bernyanyi untukku?
tak perlu nada riang gembira, ah
lagipula aku tak begitu suka
menghibur suram dari hariku hanya butuh tawamu saja
ditambah hangat dari kecupmu dalam segelas rasa
dengan kombinasi antara dekap bersama aroma nafasmu
maukah?
hanya saja aku tak mau sesaat

#2 kupu-kupu penyeringai

ini kupu-kupu hitam yang terbang diantara selimut dan hujan
kemudian menarikan segumpal tawa menyeringai
menawarkan cokelat pahit
setelah penat lalu melenggang pulang
dengan kain merah terikat di pinggangnya
sepertinya ia lupa membersihkan kaki di keset ruangan

Senin, 22 November 2010

#1 tapak lenyap

lalu kamu pergi, bahkan bayanganmu
tanpa sisa walau hanya seujung senyum
yang merekah tanpa asa
setelah bersenggama dengan ribuan kata cinta
menodai halaman dari awal cerita
dengan bekas tapak langkah
lenyap tanpa kendali
meski sejuta-juta harap berteriak memaki
menyembah agar rasa menoleh dan kembali
lalu kamu pergi, bahkan bayanganmu
menyisakan memar di sudut hati
hitam kebiruan

Kamis, 11 November 2010

#35 - sesal

karena pada akhirnya, kata harap hanya bisa tergantung di satu sisi
di dinding-dinding penyesalan yang retak ditelan waktu
merembes masuk perlahan diantara petak patahan kayu
merasuki
mungkin karena euforia kehancuran?
masih begitu terasa nyerinya
dihempas kenyataan, meski dibuat sendiri
menguasai
begitu menyakitkan bahkan hanya menghela nafas
mempertaruhkan masa depan
seperti lingkaran yang berulang, dengan pinggiran yang digigit pelan
mengubah bentuknya meski masih terus berputar

#34 - buram dalam abu pekat

saya menyadari, walau terlambat
terlalu lamat-lamat
kemarin saya salah. sekarang saya juga salah
menghentak maju dua langkah untuk mundur berjuta petak
setelah kemarin hampa menyapa
kemudian menyadari rasa tak bermakna
saya mati rasa? tidak
hanya saja saya terlalu rapuh untuk menikmati cinta
ketika menapaki sadar dan dunia terlalu berwarna
dan saya terlalu pucat
mencoba mengintip kekolong hati, mencari tahu siapa yang mengotori
namun tidak ada sesiapa
hanya saya
dengan buram, dan abu-abu pekat
menuju hitam? entah
bahkan menyadari bahwa saya tidak memiliki warna
walau hanya segenggam
bukan salah sesiapa, tiada
ini salah saya dan pemikiran rasionalis seorang gila
yang tak memiliki nyawa, bahkan di masa lampau

Senin, 08 November 2010

#33

memaafkan dengan ketulusan adalah tingkat kesabaran tertinggi

-shinta

#32 - rindu segenggam kuncup


sumpah ini rasa rindu begitu menyiksa
menekan ulu hati
terangkai dengan payet-payet pasrah
harap-harap melihat ujung matamu
sebegitu berharga, setara dengan ujung tombak dewa neptunus
menancap disisi nyawa dan terhunus
sedemikian ingin, sama seperti menembus gumpal-gumpal awan
menapaki sejuta anak tangga langit dan lenyap
hingga menyesap sejumput nafas terasa begitu menekan
telat sekejap dan nadiku akan lari menghilang
mencari kelegaan tanpa berat menghadang
teramat terasa hingga mampu melepas seujung jiwa
sumpah ini rasa rindu begitu menyiksa
menggoreskan lagi luka hati

Selasa, 02 November 2010

#31 - garutan hati


kali ini, aku sedang gemar melukis, dengan caraku.
menyiapkan palet dengan jutaan warna kharismatik yang seringkali kugunakan
kecuali hitam
menorehkan garis-garis tawamu pada dinding-dinding hati
sesekali sengaja menumpahkan tinta, agar warnanya tidak hilang
tanpa mengubah kesalahan yang tak sengaja dibuat
aku melukis dengan tanganku, dengan jariku, dengan rasaku
gamat-gamat sampai memenuhi seluruh kanvas yang tersisa
tanpa kamu sadari
tak apa, aku menikmati setiap proses yang tercipta
yang penting aku memiliki senyummu selamanya