Kamis, 01 Juli 2021

Meluruskan otak kusut Shinta part sekian -

Here comes my another theory (or whatever, you named it) of human mindset. This is how I classified one of them.

Basically, semua orang butuh untuk merasa fulfilled through everything. Yang paling simpel (atau yang pernah gue rasain? I bet you too) adalah: 1. Perasaan diterima dan diakui atas apa yang (dapat) kamu lakukan oleh orang lain. Banyak cara untuk dapat merasakan hal ini, contohnya; joining some cool clubs or organizations to prove something, or anything. Atau melamar pekerjaan di perusahaan yang gain your interest, and doing the tasks they give to you. Once you complete those tasks you will receive present, biasanya berbentuk salary atau terkadang ucapan terima kasih yang tulus. Di usia muda, pola berulang atas hal ini akan menjadi trigger atas perasaan jenuh (well, young soul loves 'tantangan', benar kan?). Atau membantu orang lain yang sedang memerlukan bantuan. By seeking at their grateful face when receiving your kindness, it feels tingling deep inside; pengakuan yang didapat rasanya beda aja, bingung jelasinnya.

Atau, beberapa orang memilih untuk melakukan jalur ini; terikat terhadap satu orang (umumnya lawan jenis, akhir-akhir ini gue sering mendengar banyak orang yang melakukannya dengan sesama jenis) dalam sebuah lembaga yang diberi nama "pernikahan".

Well, jujur, untuk opsi terakhir yang gue mention, sebenernya banyak penjelasannya sih. Otak gue masih kusut untuk menuliskan penjelasan panjang lebar satu-satu disini, but one thing for sure, TIDAK SEMUA ORANG melakukan pernikahan hanya untuk mendapatkan perasaan diterima dan diakui saja. Alasannya tentu jauh lebih kompleks dari itu.

Atau mungkin cuma gue yang berpikir sekompleks itu? Hmm, menjelaskan hal ini butuh section tersendiri, lol.

I mean, in my opinion (please, this is my current theory. If you think you can change my mindset, feel free to discuss LOL), ketika pasangan memilih untuk melakukan pernikahan, secara otomatis mereka akan lebih merasa 'diterima' dan 'diakui' di society; dari teman-teman yang seumuran, mereka akan mendapatkan pengakuan karena mereka karena sudah berani untuk mengambil sebuah keputusan besar.  We all know, marriage is hard mentally and financially lol. Some of them juga akan merasa iri (ngaku deh LOL), karena si pelaku pernikahan dianggap sudah menemukan soulmate mereka, sesuatu yang terasa magnificent soalnya susah banget mendapatkannya. Juga dari environment yang lebih elder, mereka juga akan mendapat penilaian lebih, mereka akan dianggap lebih dewasa dari teman-teman seumuran mereka karena sudah mengantongi status no-more-single-person.

That's why, some people choose to held their wedding in a super big and expensive party, jadi pengakuan yang mereka terima menjadi lebih 'besar serta wah' karena semakin banyak manusia yang memberikan pengakuan tersebut, sesuatu yang bisa membuat mereka merasa fulfilled. Bener atau benar?

Kalau benar, kenapa gue tidak bisa merasakan urgency untuk merasakan penerimaan tersebut, ya? hehe.

Nope, nope. Bukan itu sih poinnya lol. Gue cuma penasaran, kenapa harus melakukan sesuatu untuk merasa diterima dan diakui oleh orang lain? Is it really only for the sake of ego?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar