Senin, 31 Oktober 2011

goodbye, teenager.

Hari ini, katanya spesial. Biasanya minggu malam udah lenyeh di kamar kos, sekali ini diminta mama tetap dirumah dan memilih untuk ikut papa berangkat pagi buta yang akan berangkat ke bandara jam lima. Kenapa?

Biar orang rumah tetap bisa ngucapin selamat ultah secara langsung, untuk yang pertama. Dan masih, papa berhasil menjadi orang yang pertama. Lelakiku.

Kata banyak orang –dengan saya masih dalam satu pemikiran-, ulang tahun itu penting. Inginnya ada saat untuk tiup lilin. Ada ucapan dari orang yang terpenting. Mendapat doa dan kecupan di pipi dan di kening. Todongan bayarin makan dari banyak orang yang ingin.

Entah kenapa, di tahun ini semua hampir terasa hambar.

Bukan tanpa alasan, tetapi justru kekhawatiran yang lebih mendominasi. Beberapa hari silam, saya mencoba membuat bahan renungan untuk introspeksi diri, dengan bertanya secara gamblang kepada sejumlah orang dalam contact BBM tentang karakter yang seharusnya saya buang.

Dan, tidak ada jawaban yang cukup memuaskan, sehingga saya gagal mencari cerminan agar menjadi manusia yang lebih baik.

Jujur, saya khawatir jumlah angka yang sudah jelas menghapus kata teenager tidak berbanding lurus dengan tingkat kedewasaan yang saya miliki. Kini pilihan hanya ada dua yang tersisa; “menjadi dewasa sejalan dengan usia” atau “kekanakan meskipun usia sudah masuk kepala dua”, tanpa pilihan “kekanakan karena memang belum dewasa”.

Dan karena hal ini juga, saya berharap tidak menjadi pusat perhatian untuk hari ini. memilih untuk memperhatikan daripada diperhatikan. Untuk melihat daripada dilihat. Karena saya belum siap, menjadi dewasa. Pemikiran saya masih kanak-kanak. Belum pantas dibilang ‘dua puluhan’.

Hal kecil seperti ini justru terasa lebih mengganggu. Entah mengapa banyak orang berpikir bahagia di hari lahir yang berulang. Banyak yang menuntut kedewasaan di hari yang sama. Padahal, seharusnya bertambah dalam hal positif itu dilakukan setiap hari, bukan? Mengapa orang-orang justru mengharapkan perubahan dalam satu hari saja?

Sebenarnya, saya lebih berharap semua berjalan seperti biasa. Jangan ingatkan saya kalau jatah hidup saya sudah kembali berkurang, karena sebenarnya saya menyadari bahwa setiap hari saya bertambah tua dan (semoga) bertambah dewasa.

Tetap, saya akan tetap berucap selamat menapaki hari dengan pemikiran yang berbeda, gadis hujan. Semoga hujan yang berlalu dan berlalang di harimu yang datang tidak sampai hati untuk membasahi sudut-sudut mata yang tengah berusaha untuk kering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar