Senin, 17 Agustus 2015

Canda dan bercanda dan apa yang menyertanya



A     :     “Kamu ngomongin apa sih?”

B     :     “Ngga, aku kan cuma bercanda…”

                
Canda. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, canda berarti senda gurau atau kelakar. Kata benda dari guyonan, objek yang harus ditemukan oleh seorang pelawak agar disebut berhasil dalam melakukan profesinya. Banyak aspek yang dapat di-explore oleh seseorang agar dapat menemukan hal menarik untuk dijadikan bahan candaan. Semua orang dapat dikategorikan sebagai penyuka guyonan, karena setiap orang membutuhkan tawa. Dan hal itu bisa didapatkan jika ia merasa tertarik dengan sebuah candaan.

Masalahnya, apakah sebuah canda berarti lucu bagi semua orang?

                 
A few months ago, I did watch one television program dari sebuah saluran local. Hampir seluruh pembawa acaranya berusaha untuk saling melempar bahan pembicaraan yang semuanya lelucon. Satu hal yang menarik perhatian saya, they also tried to talk about the disabilities or the lacks of one person without feeling guilty, sepertinya berpikir bahwa hal itu akan menjadi bahan tertawaan baru. Mungkin itu tuntutan script, I don’t really know. Tetapi kemudian saya mencoba untuk menempatkan diri sebagai orang yang ter-bully *well, anggap saja seperti itu*, and I don’t think it is fun at all. It hurts, no matter what. Apa yang mereka anggap lelucon sepertinya tidak akan bisa dikategorikan sebagai bahan tertawaan bagi si obyek penderita, bahkan cenderung menyakiti perasaan dan mental si obyek.


Maybe some of my readers will say, “ya, mereka dibayar untuk melakukan hal tersebut,” dan menganggap sudut pandang saya kali ini lebay. If you are, I am sorry to disappoint you because I am not thinking so. Seharusnya profesi yang ia kerjakan tidak membuatnya merasa disakiti secara mental. Coba saja telaah lagi kontrak kerjanya, seharusnya ia memiliki perlindungan atas kekerasan mental yang ia terima. Yap, kekerasan mental. Isn't it? Mungkin ybs ada toleransi di awal mula, tetapi percayalah lama-kelamaan ia akan merasa ‘hina’ bahkan ‘tersinggung’ atas setiap candaan yang ia terima. Bukan hanya itu, orang-orang sekitarnya akan ikut memiliki pemikiran tentangnya berdasarkan hinaan yang sering mereka dengar tentang orang tersebut. Lebih buruk lagi, media ikut ‘menabur benih’ tentang hinaan itu, sehingga banyak orang akan berpikir bahwa kondisi tersebut adalah sesuatu yang sah atau wajar untuk ditertawakan, sehingga norma tentang lawakan menjadi sedikit ‘bergeser’ ke arah ejekan.

Seriously, I am thinking that way.


 Ah, berbicara tentang media dan candaan, a few moment ago I did scroll one of my sosmed. Salah satu dari teman saya memposting a picture which is a bit…annoying for me. Perhaps it is a joke for him and his friends, karena saya melihat banyak likes menempel pada postingannya. Gambarnya sih simple, ada dua foto yang dijadikan satu. Di sebelah kiri adalah foto seorang gadis kecil dengan lendir dari hidung berwarna bening berceceran di sekitar atas bibir dan mulutnya, sementara di sebelah kanan adalah foto wanita muda dengan situasi yang nyaris sama hanya saja ekspresinya 'sedikit' berbeda dan lendirnya berwarna putih susu.

I don’t want to explain more, karena sebenarnya hal seperti ini tuh joke terselubung. Whether you want to admit that you understand it or not.


Itu hanya salah satunya, dimana banyak teman-teman lelaki saya melakukan postingan serupa, dimana objeknya adalah wanita. Mungkin bagi mereka hal tersebut lucu, but for me, it makes me realize how dirty their mind is. Bagaimana mereka menyukai fantasi seksual dengan wanita sebagai obyeknya etc etc, dan hal itu membuat saya cukup banyak ilfeel. Nope, saya cukup tahu bahwa isi otak lelaki memang punya konten bokep jauh lebih banyak dari wanita, hanya saja jika imajinasi mereka disampaikan dalam forum yang lebih tertutup, share dengan teman-teman terdekat saja, mungkin akan lebih baik. Masalahnya, postingan itu ada di sebuah media social dimana banyak juga wanita yang akan melihat dan membaca postingan tersebut. Dan ketika mereka membacanya, menurut ngana wanita ngga akan merasa –at least, sedikit- terluka? Have you ever think that your daughter, your wife, your girlfriend, your mother, your lovely aunt, are also a women?
ini hanya contoh, sih. secara terselubung, wanita dijadikan obyek. ya kan?
Forum yang lebih tertutup bukan berarti anda sebagai lelaki bisa langsung melakukan private chat dengan wanita tertentu untuk berbicara tentang imajinasi terselubung anda atau dirty jokes , absolutely not. Kecuali anda dengan wanita itu memiliki hubungan special, atau mungkin wanita tersebut sudah anda booking dengan biaya tertentu, itu lain cerita. Jika tidak, itu namanya anda tidak punya etika. Setampan atau sekaya apapun lelaki, attitude comes first. Jika anda tidak memiliki hal tersebut, you are not even have any difference with trash. Bahkan sampah masih dapat didaur ulang, sepertinya isi dari otak anda tidak ada lagi yang dapat dipergunakan.
wajah dari wanita saya samarkan, siapa tau si wanita udah mau tobat upload foto semi model begini...
 This is my blog, so I can share about anything. Right? Ini sedikit sampel dari attitude yang levelnya tiarap, sih. Masa iya, saya disamakan dengan wanita yang tengah selfie half naked? Kalau disamakan dengan teteh Miranda Kerr sih, okelah. LOL. Ngga oke juga, sih. It is ABSOLUTELY WEIRD to send your stranger *I can't say friend because I don't feel like it* an almost nude picture. Please. Ditambah, start chat dikim sekitar jam sepuluh malam, what were you dong or thinking that time sampai  anda bisa mendapatkan dan mengirimkan gambar seperti itu ke saya?


Iseng, saya mencoba mencari arti kata bercanda pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ternyata, salah satu pengertian dari kata tersebut adalah ‘bertingkah’. Mungkin, beberapa orang harus mulai mengurangi porsi 'bertingkah' mereka. Mungkin, beberapa orang harus mulai menghargai perasaan orang sekitar mereka. Mungkin, beberapa orang harus mulai belajar mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Mungkin loh, mungkin. Saya hanya menyampaikan apa yang ada di otak saya saat ini.


In short, let's upgrade our attitude.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar